Dear all bloggers, mungkin dalam beberapa hari kemaren saya lama ga posting artikel-artikel dikarenakan banyaknya tugas yang harus diselesaikan. Berikut saya postingkan artikel yang menarik untuk kita renungkan, artikel ini saya dapat dari e-mail seorang teman ke saya. Well, met baca aja deh :-)

Banyaknya harta yang kita miliki tidak pernah membuat kita merasacukup menjadi "kaya" dalam arti yang sesungguhnya. Mari kita Luruskan pengertian kita mengenai orang "kaya". Orang yang "kaya" bukanlah orang yang memiliki harta benda banyak, tetapi orang yang dapat menikmati apa pun yang dimiliki tanpa merasa terikat pada 
kepemilikan barang-barang itu!
 
orang itu sadar sepenuhnya bahwa dia datang ke dunia hanya dibekali  satu nyawa (jiwa). Nah, dia harus merasa memiliki nyawa itu, dan  harus merawat serta bertanggung jawab dalam kehidupannya. Dengan  nyawa itu pulalah, seseorang harus hidup bahagia, di mana pun dia  berada, dan dalam kondisi apa pun.
 
Kunci kebahagiaan adalah bersyukur! Mensyukuri apa yang kita dapat  itu penting. Termasuk hanya punya satu nyawa untuk bisa hidup di alam  ini. Kebahagiaan itu bisa dibuat dengan tidak meminta apa pun kepada  orang lain, tetapi berikan apa yang bisa diberikan kepada orang lain  agar bahagia.
 
Betapa sering kita memfokuskan diri pada apa yang kita inginkan  sehingga membuat kita menjalani hidup dengan segala rasa kurang puas.  Kita tidak pernah memfokuskan diri pada apa yang kita miliki dan  memberdayakan seoptimal mungkin apa yang ada dan apa terjadi pada  kita. Jika kita tetap berfokus pada keinginan, hidup pun terasa  menjadi sengsara karena selalu merasa kurang puas dengan apa yang  sudah dimiliki atau yang terjadi.
 
Kita dapat mengubah perasaan itu dengan berfokus pada apa yang sudah  kita miliki. Cobalah lihat keadaan di sekeliling, pikirkan yang  dimiliki, dan syukurilah. Karena itu, Anda akan merasakan nikmatnya  hidup ini dengan segala yang terjadi pada diri kita. Siap untuk  menjalani segala peran yang disediakan alam untuk kita. Peran kocak  membuat kita tertawa. Peran sedih membuat kita menangis. Peran  bercinta membuat kita mabuk kepayang. Itulah dunia, tempat berperan  untuk melakoni lokakarya kehidupan. Dan tugas kita harus bisa  berjuang dengan peran yang sedang kita perankan sebaik-baiknya.  Tentunya boleh-boleh saja kita memiliki keinginan, tetapi kita perlu  menyadari bahwa itulah akar perasaan tidak tenteram. 
Katakanlah kita sudah memiliki rumah, kendaraan, pekerjaan tetap, dan  pasangan yang baik. Tetapi, Anda masih merasa kurang. Pikiran Anda dipenuhi berbagai target dan keinginan. Anda begitu terobsesi oleh  rumah yang besar dan indah, mobil mewah, serta pekerjaan yang  mendatangkan lebih banyak uang. Kita ingin ini dan itu. Bila tidak  mendapatkannya, kita terus memikirkannya. Anehnya, walaupun sudah  mendapatkannya, kita hanya menikmati kesenangan sesaat. Kita tetap  tidak puas, dan kita ingin yang lebih lagi dan lagi.
 
Dengan melihat apa yang menjadi problem kita, hendaknya itu cepat  diselesaikan, jika dibiarkan terlalu lama, berlarut-larut, membuat  kita jadi frustrasi, dan akhirnya depresi. Segera buat keputusan, dan  jangan menjadi orang yang terlalu "ideal". Itu memang penyakit kita,  apa yang ada di pikiran dan menjadi prinsip di batin harus  dijalankan, dan kalau ada penentang atau hambatan kita hajar atau  kabur. Itulah masalah yang kita timbulkan sendiri.
 
Nah, sekarang kita harus sedikit pakai stategi "lentur sedikit" pakai  ilmu bambu, batang bambu walaupun tinggi, ditiup angin sampai  ujungnya mencapai tanah pun bambu itu, tidak patah, bahkan bisa melambai naik kembali. Batang bambu mampu mengikuti terpaan angin  badai sekalipun. begitu juga kita, harus mampu mengikuti arus  kehidupan tanpa menghakimi, nikmati saja seperti air mengalir, tidak  lurus kaku, jika ada yg menghambat bisa membelok atau mencari jalan  lain, tetapi tidak berhenti. Karena itu, air yang terhenti akan  mengendap jadi kubangan lama-lama dipenuhi cacing dan jadi dangkal.
 
Mengalir ibarat air itu penting. Hal tersebut dijabarkan dengan  bekerja sebagaimana porsi dan posisi yang kita dapat dalam hidup ini.
Ada pendapat yang mengatakan bahwa manusia sesungguhnya makhluk  pemalas. Mereka mengharapkan ada kekuatan suci tertentu yang dapat  menghapus dosa-dosanya, sekaligus membawa mereka ke tempat yang suci  yang nyaman. Apakah itu benar dan masuk akal? Dalam agama apa pun  kita ditegaskan bahwa Tuhan Yang Maha Esa menunjuk para orang  terpilih, orang-orang suci, para nabi untuk menunjukkan jalan yang  benar kepada umat manusia. Tetapi, manusia itu sendirilah yang harus  berusaha. Nabi-nabi hanya memberi jalan dan arah menuju kebenaran,  sedangkan keputusan ada di manusia itu sendiri yang memutuskan untuk  jadi orang baik atau orang jahat.
 
Orang bijak sadar bahwa keberhasilan atau kegagalan hidupnya adalah konsekuensi perbuatan dan hasil pikiran-pikiran yang terbentuk.  Manusia harus selalu mengintrospeksi diri, apakah pikiran dan  perbuatan sesuai dengan hukum alam dan kehendak Yang Mahakuasa?  Karena pahala dan dosa tidak bisa diwakilkan, dan harus ditanggung  sendiri.
 
Apakah bisa kita mungkiri bahwa hidup di dunia adalah medan  perjuangan yang bergelimang penderitaan? Sebagian orang masih  menyangkal karena mereka hidup dalam kondisi serbabaik dan  menyenangkan. Karena itu kita melihat dengan mata hati, dunia ini  sebagai surga atau sebagai neraka penderitaan. Hanya diri sendiri  yang bisa menjawab karena mengalaminya.
 
Pertanyaan yang menggoda yang muncul sebagai berikut. "Adakah dari  kita yang suatu saat bisa menghindarkan diri dari ketuaan, penyakit,  dan kematian?" Tentu saja jawabannya tidak. Karena itu, jalani hidup  dengan bersyukur dengan menghargai pemberian Tuhan, yaitu nyawa  (jiwa) yang bersemayam di dalam tubuh kita.
Baca selengkapnya...